
Bulan April menjadi momen yang spesial bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Pada bulan ini, umat Kristiani merayakan Jumat Agung dan Paskah yang identik dengan perlombaan mencari telur paskah. Nah, kalian tahu ga kalau sebenarnya perayaan Paskah ini merupakan tradisi turun temurun oleh bangsa Israel? Jadi, perayaan paskah atau disebut Hari Raya Roti Tidak Beragi (baca Keluaran) pada dasarnya merupakan perayaan untuk mengingat kebesaran dan kuasa Tuhan yang membebaskan Israel dari tanah perbudakan Mesir melalui kesepuluh tulah. Kebesaran Tuhan yang disaksikan manusia pada zaman itu, sayangnya, belum bisa merendahkan hati bangsa Israel. Jatuh bangun (lebih banyak jatuh) bangsa Israel dalam pelanggaran taurat membuktikan sikap hati bangsa Israel yang tidak rendah hati dalam menerima kuasa dan berkat Tuhan.
Perayaan Paskah yang juga merayakan kebangkitan Kristus di kayu salib mengingatkan kita apa yang dimaksud dengan kerendahan hati yang mendatangkan pertobatan bagi seluruh umat yang percaya pada Kristus. Melalui Filipi 2:5-8 dijelaskan bahwa sekalipun dalam rupa Allah, Yesus tidak menganggap kesetaraan (posisi-Nya) sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Namun, Yesus (dengan kerelaan dan kerendahan hati-Nya) mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi (setara) sama dengan manusia. Bahkan, dalam keadaan sebagai manusia tetap merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib. Pengorbanan Yesus di kayu salib bukan hanya berupa pengorbanan fisik, lebih dari itu pengorbanan-Nya dengan mengosongkan diri dan menjadi 100% manusia (juga 100% Allah) mengizinkan terpisahnya hubungan Bapa dengan Anak (“Eloi! Eloi! Lama Sabakhtani”). Sepanjang hidupnya sebagai manusia Yesus jalani dengan penuh kerendahan diri dan ketaatan hingga garis akhir. Oleh karena itu, dalam Filipi 2:9-11 Allah meninggikan Dia (Yesus) dan mengaruniakan kepada Yesus nama di atas segala nama, sehingga dalam nama Yesus segala yang ada di langit, di bumi, di bawah bumi, dan segala lidah mengaku “Yesus Krsitus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Hadiah dari kerendahan hati dan ketaatan Yesus di kayu salib mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya.
Belakangan ini, ungkapan “God humbled me in so many ways” atau “This/ that humbled me so fast” cukup banyak ditemukan dalam sosial media. Dalam unggahan tersebut, orang-orang menceritakan bagaimana cara Tuhan menyatakan kuasaNya dalam kehidupan mereka. Tuhan sendiri memiliki berbagai cara untuk merendahkan kita semua dengan belas kasihan. Apa gunanya? Jawaban terbaik yang kita dapat miliki adalah sesuai dengan pernyataan Paulus pada 2 Korintus 12:9, bahwa justru di dalam kelemahan kita kuasa Tuhan nyata dan sempurna. Maka, bagaimana kita dapat merendahkan hati bila kehidupan kita terus berjalan sesuai keinginan kita?
Saul merupakan raja Israel pertama, dalam hidupnya ia dikenal sebagai orang yang kuat dan cakap. Panggilan Saul menjadi raja pada awalnya diterima dengan kerendahan hati, namun seiring waktu Saul mulai meninggikan egonya. Kesalahan Saul yang tidak taat dalam mengikuti perintah Tuhan melalui Samuel membuatnya kehilangan perkenanan Tuhan. Berbeda dengan Saul, Daud dengan perawakannya yang kecil dan lemah memiliki hati yang berani dan rendah hati, terutama selalu melibatkan Tuhan dalam keputusannya. Tuhan memakai Daud luar biasa hingga mampu mengalahkan Goliat dan membawa kemenangan Israel dari Filistin.
Sama halnya dengan kita, seringkali kita merasa bahwa hidup kita sudah cukup baik. Kita sudah cukup berkontribusi dalam pelayanan di kampus, gereja, komunitas, dll. Kita sudah cukup melakukan pekerjaan dan bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kita. Namun, perasaan tersebut tanpa disadari dapat menjadi batu sandungan dalam pelayanan kita. Ingat, bahwa kerendahan hati bukanlah inisiatif kita. Ketika Tuhan mempercayakan sebuah tugas seberapa sering kita terlebih dahulu bertanya pada Tuhan, bagaimana cara melakukannya? apakah ini memang sesuai kehendak-Nya? Seberapa sering kita melibatkan Tuhan dan memprioritaskan kemuliaan Allah dinyatakan dalam pekerjaan kita?
Dalam kehidupan, kita mungkin pernah berpikir bagaimana skenario Tuhan berujung pada penyadaran akan pekerjaanNya yang nyata dalam hidup kita. Misalnya dalam melalui kegagalan atau kekecewaan, Tuhan tidak pernah bermaksud membiarkan kita terpuruk dalam kegagalan atau mempermalukan kita karena dosa, namun secara khusus ketika kita melihat kegagalan sebagai wujud belas kasih-Nya yang mengungkapkan kesalahan kita kemudian memanggil dan menyadarkan diri untuk kembali pada-Nya (mengarahkan diri pada pertobatan), maka pertobatan dengan merendahkan diri ini yang Tuhan cari. Kerendahan hati bukan karena kita telah merendahkan diri sendiri, tetapi karena Allah, dalam belas kasihan-Nya, berinisiatif untuk merendahkan kita terlebih dahulu, mengundang kita untuk menyambut pekerjaanNya, dan berpartisipasi dalam proses melalui pertobatan yang merendahkan diri.
Poin kedua, kerendahan hati berasal dari kesadaran akan kebenaran Allah. Ketika kita melihat bahwa kehidupan seakan-akan tidak adil dan tidak baik hingga mempertanyakan eksistensi Tuhan sendiri. Ingatlah bahwa Tuhan adalah Maha adil. Mengevaluasi diri dan hati kita membuat kita menemukan bahwa sebenarnya terdapat hal yang salah dalam diri kita. Misalnya, saat kita berada di titik rendah dalam hidup kita, libatkan diri kita dalam persekutuan rohani yang menguatkan. Dengan melibatkan orang disekitar kita, kasih Allah dapat dinyatakan melalui orang di sekitar kita. Bahkan menyadarkan kita atas apa yang sebenarnya salah. Merasakan experience keadilan Tuhan melalui kehidupan orang lain dapat menguatkan kita menuju pada pertobatan.
Terakhir, ketika kita melihat bagaimana Tuhan merendahkan orang lain. Maksudnya adalah, dalam perkumpulan atau lingkungan kita, seringkali kita membandingkan diri kita satu sama lain. Hal itu kemudian menjadi cara Tuhan untuk merendahkan hati kita dengan melihat bagaimana orang lain direndahkan oleh Tuhan. Misalnya, ketika seseorang dari teman kita Tuhan buat jatuh dalam ego dan kesombongannya, hingga pada suatu titik Tuhan mengizinkan segala yang dimiliknya diambil. Kita sebagai orang di sekitarnya (bukan menghakimi) dapat belajar dari kehidupan orang tersebut. Bahwasannya Tuhan tidak menginginkan hal yang sama terjadi pada kita. Melainkan, kebijaksanaan yang kita peroleh atas hal tersebut. Kebijaksanaan ini yang dapat timbul sebagai tanggapan terhadap kerendahan hati orang lain, bahwa kita hidup atas belas kasihanNya.
Pada akhirnya, kerendahan hati merupakan respon kita atas belas kasihan Tuhan. Pertobatan yang benar dan sejati hanya terjadi bila kita merendahkan hati di hadapanNya. Kerendahan hati yang kemudian memunculkan ketaatan dalam pertobatan mengubah hidup kita seutuhnya. Sehingga, sama halnya dengan ketaatan dan kerendahan hati Yesus di kayu salib mendapatkan hadiah kemuliaan namaNya selamanya, maka kita anakNya juga dapat menemukan kemuliaan tersebut dalam pertobatan yang rendah hati.
Ilustrasi 1. Proses Menemukan Kemuliaan Melalui Kerendahan Hati
artikelnya semakin ngingatin kita buat senantiasa rendah hati seperti yang senantiasa Tuhan ajarkan ke kita. Thank you Refomedia buat konten menulis asyiknya yang super keren. terus berkarya!!!
LikeLike
Puji Tuhan kak. Semoga melalui karya PMK FEB UNDIP kita semua semakin Diberkati yaa kak. Tuhan Yesus Memberkati
LikeLike
Wah menulis asikk, kita harus menulis untuk menambah wawasan kita dalam memulaikan Tuhan dan Melayani Tuhan, wah kerenn PMK… 😘
LikeLike
Iya kak, yuk ikutin terus informasi dan karya dari PMK FEB UNDIP. Tuhan Yesus Memberkati
LikeLike