Category Archives: Serba Serbi

Menemukan Kemuliaan dalam Kerendahan Hati

Bulan April menjadi momen yang spesial bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Pada bulan ini, umat Kristiani merayakan Jumat Agung dan Paskah yang identik dengan perlombaan mencari telur paskah. Nah, kalian tahu ga kalau sebenarnya perayaan Paskah ini merupakan tradisi turun temurun oleh bangsa Israel? Jadi, perayaan paskah atau disebut Hari Raya Roti Tidak Beragi (baca Keluaran) pada dasarnya merupakan perayaan untuk mengingat kebesaran dan kuasa Tuhan yang membebaskan Israel dari tanah perbudakan Mesir melalui kesepuluh tulah. Kebesaran Tuhan yang disaksikan manusia pada zaman itu, sayangnya, belum bisa merendahkan hati bangsa Israel. Jatuh bangun (lebih banyak jatuh) bangsa Israel dalam pelanggaran taurat membuktikan sikap hati bangsa Israel yang tidak rendah hati dalam menerima kuasa dan berkat Tuhan.

Perayaan Paskah yang juga merayakan kebangkitan Kristus di kayu salib mengingatkan kita apa yang dimaksud dengan kerendahan hati yang mendatangkan pertobatan bagi seluruh umat yang percaya pada Kristus. Melalui Filipi 2:5-8 dijelaskan bahwa sekalipun dalam rupa Allah, Yesus tidak menganggap kesetaraan (posisi-Nya) sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Namun, Yesus (dengan kerelaan dan kerendahan hati-Nya) mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi (setara) sama dengan manusia. Bahkan, dalam keadaan sebagai manusia tetap merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib. Pengorbanan Yesus di kayu salib bukan hanya berupa pengorbanan fisik, lebih dari itu pengorbanan-Nya dengan mengosongkan diri dan menjadi 100% manusia (juga 100% Allah) mengizinkan terpisahnya hubungan Bapa dengan Anak (“Eloi! Eloi! Lama Sabakhtani”). Sepanjang hidupnya sebagai manusia Yesus jalani dengan penuh kerendahan diri dan ketaatan hingga garis akhir. Oleh karena itu, dalam Filipi 2:9-11 Allah meninggikan Dia (Yesus) dan mengaruniakan kepada Yesus nama di atas segala nama, sehingga dalam nama Yesus segala yang ada di langit, di bumi, di bawah bumi, dan segala lidah mengaku “Yesus Krsitus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!”  Hadiah dari kerendahan hati dan ketaatan Yesus di kayu salib mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya. 

Belakangan ini, ungkapan “God humbled me in so many ways” atau “This/ that humbled me so fast” cukup banyak ditemukan dalam sosial media. Dalam unggahan tersebut, orang-orang menceritakan bagaimana cara Tuhan menyatakan kuasaNya dalam kehidupan mereka. Tuhan sendiri memiliki berbagai cara untuk merendahkan kita semua dengan belas kasihan. Apa gunanya? Jawaban terbaik yang kita dapat miliki adalah sesuai dengan pernyataan Paulus pada 2 Korintus 12:9, bahwa justru di dalam kelemahan kita kuasa Tuhan nyata dan sempurna. Maka, bagaimana kita dapat merendahkan hati bila kehidupan kita terus berjalan sesuai keinginan kita? 

Saul merupakan raja Israel pertama, dalam hidupnya ia dikenal sebagai orang yang kuat dan cakap. Panggilan Saul menjadi raja pada awalnya diterima dengan kerendahan hati, namun seiring waktu Saul mulai meninggikan egonya. Kesalahan Saul yang tidak taat dalam mengikuti perintah Tuhan melalui Samuel membuatnya kehilangan perkenanan Tuhan. Berbeda dengan Saul, Daud dengan perawakannya yang kecil dan lemah memiliki hati yang berani dan rendah hati, terutama selalu melibatkan Tuhan dalam keputusannya. Tuhan memakai Daud luar biasa hingga mampu mengalahkan Goliat dan membawa kemenangan Israel dari Filistin.

Sama halnya dengan kita, seringkali kita merasa bahwa hidup kita sudah cukup baik. Kita sudah cukup berkontribusi dalam pelayanan di kampus, gereja, komunitas, dll. Kita sudah cukup melakukan pekerjaan dan bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kita. Namun, perasaan tersebut tanpa disadari dapat menjadi batu sandungan dalam pelayanan kita. Ingat, bahwa kerendahan hati bukanlah inisiatif kita. Ketika Tuhan mempercayakan sebuah tugas seberapa sering kita terlebih dahulu bertanya pada Tuhan, bagaimana cara melakukannya? apakah ini memang sesuai kehendak-Nya? Seberapa sering kita melibatkan Tuhan dan memprioritaskan kemuliaan Allah dinyatakan dalam pekerjaan kita?

Dalam kehidupan, kita mungkin pernah berpikir bagaimana skenario Tuhan berujung pada penyadaran akan pekerjaanNya yang nyata dalam hidup kita. Misalnya dalam melalui kegagalan atau kekecewaan, Tuhan tidak pernah bermaksud membiarkan kita terpuruk dalam kegagalan atau mempermalukan kita karena dosa, namun secara khusus ketika kita melihat kegagalan sebagai wujud belas kasih-Nya yang mengungkapkan kesalahan kita kemudian memanggil dan menyadarkan diri untuk kembali pada-Nya (mengarahkan diri pada pertobatan), maka pertobatan dengan merendahkan diri ini yang Tuhan cari. Kerendahan hati bukan karena kita telah merendahkan diri sendiri, tetapi karena Allah, dalam belas kasihan-Nya, berinisiatif untuk merendahkan kita terlebih dahulu, mengundang kita untuk menyambut pekerjaanNya, dan berpartisipasi dalam proses melalui pertobatan yang merendahkan diri. 

Poin kedua, kerendahan hati berasal dari kesadaran akan kebenaran Allah. Ketika kita melihat bahwa kehidupan seakan-akan tidak adil dan tidak baik hingga mempertanyakan eksistensi Tuhan sendiri. Ingatlah bahwa Tuhan adalah Maha adil. Mengevaluasi diri dan hati kita membuat kita menemukan bahwa sebenarnya terdapat hal yang salah dalam diri kita. Misalnya, saat kita berada di titik rendah dalam hidup kita, libatkan diri kita dalam persekutuan rohani yang menguatkan. Dengan melibatkan orang disekitar kita, kasih Allah dapat dinyatakan melalui orang di sekitar kita. Bahkan menyadarkan kita atas apa yang sebenarnya salah. Merasakan experience keadilan Tuhan melalui kehidupan orang lain dapat menguatkan kita menuju pada pertobatan.

Terakhir, ketika kita melihat bagaimana Tuhan merendahkan orang lain. Maksudnya adalah, dalam perkumpulan atau lingkungan kita, seringkali kita membandingkan diri kita satu sama lain. Hal itu kemudian menjadi cara Tuhan untuk merendahkan hati kita dengan melihat bagaimana orang lain direndahkan oleh Tuhan. Misalnya, ketika seseorang dari teman kita Tuhan buat jatuh dalam ego dan kesombongannya, hingga pada suatu titik Tuhan mengizinkan segala yang dimiliknya diambil. Kita sebagai orang di sekitarnya (bukan menghakimi) dapat belajar dari kehidupan orang tersebut. Bahwasannya Tuhan tidak menginginkan hal yang sama terjadi pada kita. Melainkan, kebijaksanaan yang kita peroleh atas hal tersebut. Kebijaksanaan ini yang dapat timbul sebagai tanggapan terhadap kerendahan hati orang lain, bahwa kita hidup atas belas kasihanNya.

Pada akhirnya, kerendahan hati merupakan respon kita atas belas kasihan Tuhan. Pertobatan yang benar dan sejati hanya terjadi bila kita merendahkan hati di hadapanNya. Kerendahan hati yang kemudian memunculkan ketaatan dalam pertobatan mengubah hidup kita seutuhnya. Sehingga, sama halnya dengan ketaatan dan kerendahan hati Yesus di kayu salib mendapatkan hadiah kemuliaan namaNya selamanya, maka kita anakNya juga dapat menemukan kemuliaan tersebut dalam pertobatan yang rendah hati.

Ilustrasi 1. Proses Menemukan Kemuliaan Melalui Kerendahan Hati

Advertisement

Bertahan Hingga Akhir atau Bertahan di Akhir ?

Roma 12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”

Melalui Roma 12:1 Paulus mengajak dan mengajar kepada kita semua anak-anak Allah mengenai apa itu Ibadah Sejati. Disini kita belajar 3 hal penting mengenai Ibadah Sejati:

  1. Ibadah Sejati merupakan ibadah yang dilakukan secara totalitas atau memberikan keseluruhannya dengan usaha lebih. Artinya bukan sekedar hanya mengikuti dan aktif pelayanan di dalam gereja, namun disini yang perlu di garis bawahi adalah totalitas yang menyeluruh pada seluruh aspek kehidupan kita.

Pada ayat 12: 1 dikatakan bahwa kita harus mempersembahkan tubuhmu (kita) sebagai persembahan yang hidup. Kata “Mempersembahkan” disini adalah berani menyerahkan seluruh hidup kita untuk dikuasai oleh Kristus sebagai Tuhan Allah kita, dengan kata lain kita juga harus menyesuaikan dengan kehendak atau hidup sesuai dengan kemauan Allah. Tentu pada dasarnya hal ini merujuk kepada “Menyangkal diri”. Ketika kita menyerahkan diri kepada Allah maka kita siap untuk mengatakan TIDAK kepada diri sendiri, bahkan hari demi hari dan sampai akhir. 

  1. Ibadah Sejati adalah ibadah yang kudus. Pada poin kedua, Paulus menasihatkan kepada jemaat roma untuk mempersembahan tubuh mereka sebagai persembahan yang kudus.  Dalam hal ini, kita anak-anak Allah diingatkan bahwa Ibadah sejati bukan hanya sebatas beribadah di gereja pada hari Minggu. Perilaku kita harus mencerminkan karakter Kristus, di antaranya mengasihi, memaafkan, hidup kudus, dan menyenangkan hati Allah. Selain itu, juga harus memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar, baik sekolah, pergaulan, hingga pekerjaan.
  1. Ibadah Sejati adalah Ibadah yang berkenan kepada Allah artinya ibadah yang menyenangkan Allah. Pada bagian ini Ibadah bisa berkenan kepada Allah ketika ibadah dilakukan baik ketika berpelayanan maupun dalam kehidupan sehari-hari yang fokusnya bukan untuk memuliakan diri sendiri namun memuliakan Allah. 

Disini Paulus menasihati kita untuk beribadah bukan untuk mencari keuntungan namun untuk menyenangkan Allah. Bahkan bukan hanya Ibadah saja, namun juga dalam kehidupan berpelayan dimana fokus dalam pelayanan adalah dari Allah, oleh Allah dan bagi Allah saja (Roma 11:36). Sehingga pelayanan yang berpusat kepada Allah adalah pelayanan yang tidak mencari keuntungan pribadi.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Ibadah sejati adalah ibadah yang dilakukan dengan totalitas baik dalam pelayanan maupun kehidupan sehari-hari. Kita anak-anak Allah seharusnya memiliki keinginan yang tulus dan ikhlas untuk menyenangkan hati Allah dalam kasih, pengabdian, pujian dan kekudusan, serta mempersembahkan tubuh dalam pelayanan. Karena itu pelayanan bukan sesuatu kegiatan yang main-main. Butuh keinginan yang kuat untuk bersedia mempersembahkan seluruh tubuh ini kepada Allah. Tujuan utama pelayanan ini adalah untuk menyenangkan Allah, sehingga jangan sampai kita memandang kegiatan pelayanan kepada Allah sebagai sesuatu yang hanya kita lakukan untuk mengisi waktu luang saja namun melakukannya dengan semangat dan mempertahankannya sampai akhir. Pada Roma 12:1 juga merujuk kepada kita yang diharuskan untuk menghargai karunia dan kemampuan satu sama lain yang dapat digunakan dalam pelayanan. kita tidak diperbolehkan meremehkan orang lain yang memiliki karunia berbeda. Adapun karunia yang dimaksud meliputi, karunia menasihati, mengajar, bernubuat, dan melayani. Bukan hanya Fokus pada pelayanan saja namun kehidupan sehari-hari juga harus dilakukan dengan totalitas karena itu juga bentuk ibadah sejati. Dimana dalam keseharian, kita harus selalu menyangkal diri dan memiliki perilaku yang mencerminkan kristus.

Sehingga melalui bacaan ini diharapkan bahwa kita orang percaya untuk dapat dengan tulus dan ikhlas mempersembahkan diri yang kudus (dalam pelayanan dan kehidupan sehari-hari) yang berkenan bagi Allah.

Dalam Perjanjian Baru, pelayanan adalah bagian dari ibadah seseorang kepada Allah dan kepada sesamanya dalam nama Allah. Bentuk-bentuk Pelayanan bisa melalui apa saja seperti Pelayanan di Pemerintahan, Gereja, Organisasi Kampus dan sebenarnya apapun yang sedang kita kerjakan juga merupakan bentuk pelayanan kita terhadap Allah yang tujuan untuk menyenangkan hati Allah. Sehingga Kita sebagai anak-anak Allah.seharusnya memiliki keinginan yang tulus-ikhlas untuk menyenangkan hati Allah dalam kasih, pengabdian, pujian dan kekudusan, serta mempersembahkan tubuh untuk pelayanan. Karena itu pelayanan bukan sesuatu kegiatan yang main-main. Butuh keinginan yang kuat untuk bersedia mempersembahkan seluruh tubuh ini kepada Allah. Kita tidak dapat memandang kegiatan Pelayanan kepada Allah sebagai sesuatu yang hanya kita lakukan untuk mengisi waktu luang saja.

E-Refo Edisi Ulang Tahun REFOMEDIA 28Th

Puji Tuhan PMK’ers REFOMEDIA pada telah genap berusia 28 Tahun. Perjalanan panjang hingga saat ini buat refomedia sebagai bidang yang mewadahi karya – karya dan juga kreativitas temen – temen dalam pelayanan di PMK. Amanah bagi REFOMEDIA terus ditumbuhkembangkan serta diintegrasikan dengan baik agar kedepan dapat menunjukkan sinergitas yang baik dan optimal.

Dalam rangka ulang tahun ini, REFOMEDIA merilis satu majalah yang sebelumnya telah dicetak. Bagi teman teman yang belum berkesempatan untuk mendapatkan edisi cetak dapat membaca secara digital melalui media dibawah ini !!!

Mari, terus berpelayanan melalui karya – karya yang kreatif dan inovatif !!! Sampaikan aspirasi, kiritik atau saran kalian di Kolom Komentar dibawah ini, Thank You, Tuhan Yesus Memberkati !!

Akhir Menjadi Awal ?

Ketika ditanyakan apa saja kendala atau masalah yang sedang dihadapi saat ini, banyak diantara kita yang akan merincikan dan menjelaskan seluruhnya tanpa ada yang ketinggalan. Namun, bila ditanyakan apakah kita mengetahui makna dari seluruh yang terjadi pada kita saat ini, kita hanya akan menjawab seluruh makna dari hal baik, bukan makna dari seluruh kendala yang dialami sebelumnya. Sebenarnya apa sih makna itu? Spontan kita akan mengatakan bahwa “makna” itu adalah arti atau nilai dari sesuatu. Jika ditanyakan, sepenting itu kah segala sesuatu harus memiliki makna? Ya, penting. Apa alasannya? Beberapa akan menjawab sesuai dengan apa yang mereka alami dan beberapa lagi akan menjawab sesuai dengan kelaziman yang terjadi (biasanya kayak gitu). Setelah menemukan makna tersebut, apakah itu sebagai langkah akhir atau langkah awal?

Kenapa kita hanya menjelaskan makna dari yang baik saja? Ada apa dengan makna dari yang buruk? Hal buruk belum tentu memiliki makna yang buruk. Demikian juga sebaliknya, hal baik belum tentu memiliki makna yang baik. Mereka menjadi dua variabel yang harus dipahami dengan sangat kritis. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, bisa karena dipengaruhi oleh faktor eksternal dan juga internalnya. Ketika manusia tidak dapat menemukan makna tersebut, disitu menjadi titik yang membuat manusia berpikir bahwa itu adalah “Akhir” dari segalanya. Ya pada akhirnya, kebanyakan insan juga menjadi pengaruh bagi kita untuk menentukan dan mencari makna dari hidup kita masing-masing. Yang menjadi pertanyaannya adalah sudah seberapa jauh kita memaknai seluruh aspek/hal yang telah kita maknai itu? Apakah hanya terus menggunakan logika? Apakah anda menggantungkan makna tersebut berdasarkan perspektif orang lain? Apakah itu benar – benar menjadi akhir apabila makna tersebut tidak berhasil ditemukan?

Tekanan memang benar-benar melemahkan manusia, baik yang bisa dikendalikan atau yang tidak bisa dikendalikan sama sekali. Tekanan sering menjadi titik tumpu kegagalan kita untuk mencapai makna dari semua yang kita lakukan. Hal itu juga yang sering menjauhkan kita dari Tuhan. Membuat kita menjadi orang yang selalu mempertanyakan diri sendiri dan cenderung mengikuti arus dari tekanan tersebut. Tuhan meminta manusia untuk menguatkan dan meneguhkan hati, jangan takut dan gemetar. Ia tidak akan meninggalkan dan membiarkan kita.   Karena nanti Allah sendiri yang berjalan menyertai kita, seperti yang tertulis pada (Ulangan 31 : 6) Semua tentang bagaimana kita menyikapi seluruh tekanan dan kendala itu. Tetap setia dan bertahan hingga akhir. Terkadang tekanan dan kendala yang membuat kita untuk belajar hal – hal baru yang belum tentu juga dialami oleh orang lain. Kita andaikan makna tersebut dapat dicapai dan diselesaikan hingga akhir. Lalu, apakah itu benar benar akhir? atau masih ada awal yang baru untuk dijelajahi? Apakah kita masih mau untuk memulai dari awal kembali?

Lalu bagaimana jika makna tersebut tidak berhasil dicapai. Akankah kita mengakhiri semuanya dan tidak memulai kembali lembaran yang baru? Akankah kita menyerah dengan sia sia? Lembaran 2023 baru saja dimulai di lembaran kertas yang kosong. Arianna Huffington penulis buku dan pencipta media Huffington News terbesar di Amerika Serikat pernah mengalami kisah pahit dalam karirnya. Awal karir dimulai dengan menerbitkan buku dan ditolak sebanyak 36 kali oleh penerbit buku di Amerika Serikat. Berkat kegigihannya, Ia berhasil menjadi tokoh ternama di Amerika Serikat. Akhir yang pahit tak selamanya menjadi awal yang pahit pula untuk memulai awal yang baru. Yang dibutuhkan hanya sedikit ketekunan dan kesabaran. 

Bagaimana kita menyelesaikan 2023 bukanlah menjadi hal yang harus dipertanyakan, lebih dari itu kita harus menyusun apa yang harus dikerjakan untuk 2023. Tanpa dilakukan semua akan terasa sama dan tidak ada yang berubah. Segala yang terjadi dan desember 2022 bukan menjadi penghujung bagi segalanya. Sesungguhnya masih ada januari yang baru hingga desember yang baru di kalender yang baru. Justru Allah memberikan 2022 untuk menjadi batu loncatan ke 2023. Mari jadikan 2022 sebagai tahun peralihan untuk reformasi 2023. Biar tahun sebelumnya menjadi tempat kita untuk belajar dan kini saatnya waktu untuk mengaplikasikan semua yang telah dipelajari. Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal – hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati” (Yesaya 65 : 17)

Cukup serahkan, kerjakan dan doakan agar senantiasa dipegang Tuhan. Selalu berusaha dan percaya kepada Tuhan di tengah semua ketidakmungkinan yang menjadi kekhawatiran kita. Tuhan bukanlah pribadi pada umumnya yang selalu melihat dan fokus pada hasilnya. Sebuah proses lebih berharga bagi-Nya, karena dari situlah Tuhan melihat dan  tahu bagaimana cara kita untuk mencapai hasil yang Tuhan inginkan, bukan yang kita inginkan.

Menulis Asyik

Perlukah Rasa Khawatir?
Penulis: Rodnauli

Shalom PMKers!
Masih “suka kuatir”? Meski hal yang lazim – apalagi bagi masyarakat perkotaan – perasaan ini sebaiknya jangan dipiara lama-lama. Ayo kita simak apa yang dipesankan oleh nas 1 Petrus 5:7 “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Ini tulisan yang sangat memberkati. Silahkan disimak
 
Pasti di antara kita atau bahkan setiap individu, pernah mengalami yang namanya ragu atau khawatir. Entah itu akan hari esok, masa depan yang masih jauh, atau bahkan sekarang ini. Iya, saat ini! Tentang apa? Bisa aja khawatir apakah esok akan cerah, apakah akan baik-baik saja, dan apakah perkuliahan ini akan selesai tepat waktu (wajar ‘kan secara namanya mahasiswa yang lagi kuliah …). Dan masih banyak lagi. Kerinduan akan pasangan hidup pilihan Tuhan, tentu termasuk di dalamnya, ya!
 
Nah, itu semua terjadi karena kita lupa akan kehadiran Tuhan di hidup kita. Tidak ingat bahwa masih Tuhan yang berdaulat untuk apa pun yang ada di muka bumi ini.
 
Jika dituruti, banyak hal (bahkan mungkin semua hal) bisa menjadi sumber kekhawatiran. Dari Perang Rusia – Ukraina yang belum jelas kapan selesainya, sampai yang paling “remeh” (karena sebenarnya sudah disediakan oleh ortu) tentang apa yang akan kita makan dan pakai esok.
 
Kekhawatiran itu muncul karena kita tidak sepenuhnya yakin bahwa Tuhan yang masih pegang kendali atas semua aspek kehidupan. Rasa khawatir memang manusiawi, namun kita harus ingat bahwa sebagai orang percaya, kita diajarkan untuk selalu percaya kepada Tuhan. Tentang segala hal. Sepatutnya juga, kita berserah akan kehidupan kita kepada Tuhan, semua masalah, dan semua ketidaksempurnaan kita kepada-Nya. Ingat, bahwa Tuhan selalu memelihara umat-Nya, yakni setiap orang yang percaya kepada-Nya.
 
Tidak perlu lagi ada alasan untuk merasa cemas tentang kehidupan kita, khawatir akan hari esok, meragukan masa depan, karena Tuhan selalu menyertai, memelihara, menuntun, dan memperhatikan kita di setiap langkah kehidupan. Jadi, mulai sekarang, kita harus belajar untuk selalu yakin akan penyertaan Tuhan atas hidup kita. Juga harus yakin dan percaya bahwa rencana Tuhan, pemeliharaan Tuhan, dan kehendak Tuhan atas kehidupan kita pasti diberikan-Nya yang terbaik. Tidak pernah ada yang namanya rancangan kecelakaan.
 
Sebelum lupa, perasaan khawatir itu juga pertanda kekurangberimanan kita, lho. Makanya, kalau sudah mulai ada khawatir – besar atau kecil, berat atau ringan, cuma kita yang tahu ukurannya – periksa, jangan dibiarkan berlama-lama. Segera tepis! Dengan cara apa? Baca firman Tuhan. Berdoa sungguh-sungguh. Atau, mau yang paling ringan? Cukup dengan berseru: “Hai khawatir, engkau tidak berkuasa atas diriku. Dalam nama Yesus, enyahlah dari diriku!”
 
Gampang, ‘kan? Silahkan dicoba!
 
Ayat:
“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
(1 Petrus 5:7).

BENARKAH KITA SUDAH SEPENUHNYA MERDEKA?

Status sudah merdeka, ternyata kita masih berpotensi dijajah.

Saat mendengar kata “Merdeka” yang terbayang dalam benak kita mungkin berbeda-beda. Ada yang membayangkan teks proklamasi, upacara kemerdekaan online, ornamen merah-putih, lomba makan kerupuk antar RT, dan lainnya. Atau mungkin tepat pada tanggal 17 Agustus ini PMKers bahkan sedang berburu diskon belanja online hari kemerdekaan yang tersebar di banyak marketplace. Semua  ini memang sudah menjadi hal yang lumrah di temukan dalam kemeriahan perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang selalu kita rayakan setiap tahunnya. Hari ini juga sudah sepatutnya seluruh Warga Negara Indonesia bergembira karena tepat 76 tahun yang lalu Bangsa Indonesia telah terbebas dari penjajahan yang berabad-abad. Perjuangan menuju kemerdekaan akhirnya tercapai. Walaupun masih dalam kondisi pandemi, semangat perjuangan kita tidak boleh surut.

Merdeka berarti bebas. Tidak ada lagi penjajah yang berhak membelenggu, mengikat, ataupun memperbudak bangsa ini. Bangsa ini berhak mengatur dan menentukan sendiri arah dan haluan masa depannya, menjadi mandiri dan tidak diikat oleh Negara manapun. Seluruh komponen yang ada di dalamnya merdeka, tidak ada yang terkecuali satupun. Ini adalah kemerdekaan sebagai bangsa. Tetapi kemerdekaan kita sebagai manusia adalah kemerdekaan yang kita peroleh dalam Kristus yang telah membebaskan kita.

Yohanes 8 : 30-38 (TB)

30 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya. 31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku 32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” 33 Jawab mereka: “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” 34 Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. 35 Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. 36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.”

Dalam Yohanes 8 : 30-38 Yesus menyampaikan pokok tentang “Kebenaran yang memerdekakan”. Pada saat itu orang-orang Yahudi yang ada di situ tidak dapat menerima perkataanNya tentang kebenaran yang memerdekakan tersebut. Karena mereka adalah bangsa pilihan dan keturunan Abraham, maka secara teori sebenarnya mereka memang adalah bangsa yang sudah merdeka. Apa lagi kebenaran yang mereka perlukan untuk menjadi merdeka? Namun Yesus menekankan bahwa status sebagai umat Allah dan keturunan Abraham belumlah cukup. Karena walaupun memiliki status sebagai keturunan Abraham tetapi masih hidup dalam belenggu dosa, mereka tetaplah hamba dosa. Keturunan Abraham layaknya meneladani Abraham yang iman dan percayanya penuh kepada Allah.

Kita menyebut diri  kita sebagai murid Yesus, namun apakah kita sepenuhnya menghidupi kebenaran firmanNya, ataukah hidup kita masih saja terikat oleh bermacam-macam perbuatan daging? Kristus telah memerdekakan kita dari dosa. Kemerdekaan yang Yesus berikan bukanlah kebebasan yang tidak memiliki batas sehingga kita dengan sesuka hati melakukan apa yang kita mau hingga terlena dengan perbuatan daging. Kebebasan yang Allah berikan tanpa syarat itu akan sia-sia jika kita tetaplah menjadi budak dosa dan dunia. Karena itu sebagai murid Yesus yang menyebut diri sebagai Kristen sudah sepantasnya memiliki karakter Kristus. Kebenaran dalam Kristus akan menyadarkan kita dari dosa dan kuasa Yesus membebaskan kita dari penjajahan dosa. Jadi sekarang manakah yang akan kita pilih? Kekristenan sebagai sebuah status atau gaya hidup? Dimerdekakan dari dosa atau dimerdekakan untuk berbuat dosa?

Menjadi Kristen tidak cukup hanya status. Kita harusnya percaya dengan segenap hati, segenap jiwa, dan perbuatan kepada Yesus sebagai kebenaran yang memerdekakan kita. Terimalah Yesus sebagai Juruselamat dan kebenaran itu akan memerdekakan kita. Agar bukan hanya status kita sebagai bangsa Indonesia dan sebagai manusia saja yang merdeka tapi kita juga merdeka dari dosa.

Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-76 Tahun PMKers!

Tubuhmu Adalah Bait Allah

Oleh: Kakicapung97

[Menulis Asyik]

Shalom PMKers!!

Gimana kabarnya?? Aku harap gimanapun kabarnya tetap bahagia ya.

Nah, dalam kesempatan ini aku pengen sharing nih tentang topik yang keliatannya klise tapi ternyata ada hal unik di dalamnya.

Kita akan bahas Tubuhmu adalah Bait Allah.

Di zaman sekarang, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah begitu maju benar – benar mempengaruhi cara kita berpikir. Kemajuan ini membuat kita anak muda semakin bisa berpikir secara logis dalam segala hal, termasuk juga dengan konsep kekudusan yang mungkin pada saat ini mengalami pergeseran karena pemikiran logis kita sendiri. 

Nah, ternyata kondisi ini bukanlah kondisi yang baru, bukan masalah yang baru. Ternyata dalam Alkitab yang ditulis bertahun-tahun yang lalu, Paulus sudah mengalami hal yang serupa!

Iya, Paulus pernah mengalami hal yang sama di Korintus. Pada jaman itu Korintus merupakan kota yang berada di jalur strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, hal ini lah yang membuat Korintus menjadi kota yang maju. Di tengah kemajuan Korintus, ilmu pengetahuan juga berkembang. Salah satunya dikemukakan oleh seorang filsuf dari Stoa yang berkata “Hal yang terpenting adalah jiwa manusia; tubuh hanya materi yang tidak penting”. Cara berpikir dari filsuf ini menjadikan orang – orang di Korintus rentan terhadap hidup yang tidak kudus.

1 Korintus 6:12-20 Nasihat terhadap percabulan

6:12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. 6:13 Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. 6:14 Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya. 6:15Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! 6:16 Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: “Keduanya akan menjadi satu daging.” 6:17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. 6:18 Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. 6:19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? 6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Dalam 1 Korintus 6 : 12 – 20 kita bisa belajar tentang kekudusan. Pada ayat 12 dan 13 Paulus berkata kalau segala sesuatu itu halal buat kita karena kita sudah dibayar lunas oleh Kristus. Tapi yang terpenting disini meskipun segala sesuatu halal, jangan sampai kita diperhamba oleh apapun. Kalau Kristus memiliki hidup kita dan Dia tinggal di dalam kita, di dalam tubuh kita, masa kita masih mau berpikir tubuh ini gak penting dan gaperlu dijaga kekudusannya? Masih mau ngelakuin percabulan?

Ketika dua orang melakukan percabulan, maka mereka akan menjadi satu daging, menjadi terikat. Mungkin ada yang berpikir “bagus dong kalo pacaran berarti benar – benar terikat, bakalan langgeng”. Bukankah itu yang dinamakan kita diperhamba oleh cinta? Sampai kekudusan pun di tinggalkan.

Jika kita lihat ayat 17, harusnya ada kalimat yang terbesit dalam pikiran kita “daripada mengikatkan diri dengan dosa, lebih baik mengikatkan diri pada Tuhan”, karena disitu ditulis siapapun yang mengikatkan dirinya pada Allah, ia menjadi satu roh dengan Dia. Tuh kan terjawab sudah penyelesaiannya.

Jadi kalau kita sudah tau Kristus sudah bayar kita lunas dengan darah-Nya, dan kita jadi milik-Nya, juga Dia tinggal di dalam kita, maka kita sepatutnya menjaga kekudusan tubuh kita, muliakan Allah lewat tubuh kita. Jangan mau ditipu oleh dunia untuk menggeser konsep kekudusan yang sudah kita terima dari Allah. Jangan mau kompromi untuk hal ini. Sering – sering bergaul dengan Tuhan lewat HPDT, yakin deh bakalan membantu kita untuk tidak terpengaruh oleh dunia. Alkitab masih relevan kok sampai detik ini, Alkitab bukan cuman buku yang isinya kuno dan jadul !!

Selamat bertumbuh teman – teman, Gusti Berkahi.

-KakiCapung97

KASIH

Oleh: Oka Septa Tinambunan

[ Menulis Asyik ]

Shalom PMKers! Apa kabar hari ini? Semoga dalam keadaan baik dan bahagia selalu. Kali ini kita akan bahas tentang kasih, apasih kasih itu? 

Kasih menurut KBBI perasaan sayang (cinta, suka kepada): pria itu menaruh — kepada gadis tetangganya

Bagaimana makna kasih menurut Alkitab? Yuk kita lihat!

  • Kasih adalah perintah

Tuhan memerintahkan kita supaya saling mengasihi. “Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya.” (2 Yohanes 1: 6a). Sekalipun Tuhan punya kuasa untuk melakukan apapun, Dia memilih supaya kita sendirilah yang berinisiatif untuk melakukannya. Begitu juga dengan mengasihi. Tuhan mau kita mengasihi orang lain lebih dulu, tanpa harus diperintah.

  • Kasih adalah pilihan

Di dalam 1 Korintus 14: 1 dikatakan, “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.” Kalau kita bertindak ‘mengejar’ sesuatu. Itu artinya kita membuat pilihan. Begitulah halnya dengan ‘kasih’. Mengasihi adalah pilihan. Kita diberi pilihan untuk mengasihi atau tidak. Kitalah yang memilih mencintai orang lain sama seperti Tuhan yang memilih untuk mengasihi kita.

  • Kasih itu adalah tindakan

Kasih atau cinta harus dibuktikan oleh tindakan/perbuatan. Alkitab berkata, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (1 Yohanes 3: 18). Dalam hal ini, Kasih bukan sekedar keinginan berbuat baik, melainkan keputusan dan sikap melakukannya.  

  • Kasih adalah komitmen

Alkitab mengatakan dalam 1 Yohanes 4: 16b bahwa, “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” Hubungan kita dengan Tuhan sangat dipengaruhi oleh hubungan kita dengan orang lain. Kalau kita berkomitmen untuk mengasihi dan tetap mengasihi orang lain, maka kasih yang kita punya itu menyatu dengan kasihnya Tuhan. Saat itulah Tuhan akan tetap tinggal bersama dengan kita, karena Tuhan itu adalah kasih itu sendiri.

Untuk itu Alkitab mengajarkan bahwa kasih merupakan sesuatu yang harus kita kembangkan, karena itu Alkitab memerintahkan untuk mengasihi dengan aktif. Kasih bukan sekedar keinginan berbuat baik, melainkan keputusan dan sikap melakukannya.  Karena Allah telah lebih dahulu mengasihi kita, maka kita mendapat kekuatan untuk mengasihi. Jadi, marilah kita mengasihi bukan hanya dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan dan tindakan kasih. Saat kita mengenal dan mengerti arti kasih lebih dalam, kita dapat mengenal Tuhan lebih lagi. Karena Allah itu kasih. Saat kita memiliki hubungan dengan Tuhan, kita dapat mengerti arti kasih yang sesungguhnya.

Jadi, mari kita saling mengasihi satu sama lain karena Tuhan sudah memberi teladan ke kita untuk saling mengasihi. So, tunggu apalagi?

-Tuhan Yesus Memberkati- 

Laporan Keuangan PMK FEB Undip

lapkeupmkfebShallom PMKers, berikut ini adalah laporan keuangan dari PMK FEB Undip bulan Mei 2018

Semoga PMK FEB Undip dapat menjadi lebih baik dan nama Tuhan selalu dipermuliakan.

254630_laporan pmk

Tuhan Yesus Memberkati
#PMKFEBUNDIP

Hati Yang Baru Untuk Menyambut Tahun Baru

new-year

Shallom PMKers, selamat datang ditahun yang baru penuh sukacita. Tidak terasa yaa satu tahun sudah berlalu dan saat ini kita sudah menginjakkan kaki yang ditahun yang baru. Banyak hal yang sudah kita lalui, seperti suka dan duka, baik dan buruk sekalipun. Mungkin hingga di akhir tahun kemarin ada doa yang terwujud, dan ada juga doa yang belum ada jawabannya. Ada juga masalah yang selalu datang silih berganti. Continue reading