Tag Archives: Menulis Asyik

Bersyukur Dulu Baru Bahagia atau Bahagia Dulu Baru Bersyukur ?

Penulis: Kesia

Shalom PMKers!

Akhir-akhir ini kita melewati keseharian kita dengan berbagai kejadian yang membuat kita senang, kesal, sedih, dan lain-lain. Terkadang kita sulit untuk menemukan kebahagiaan. Padahal, bahagia itu sederhana. Hanya dengan bersyukur dan mencukupkan diri dengan apa yang ada, maka kita akan menemukan kebahagiaan. Sebaliknya, jika kita terus-menerus merasa tidak puas dengan keadaan kita, maka kita akan sedih, gelisah, dan menjadi orang paling malang sedunia. Orang-orang sering sulit mengucap syukur kepada Tuhan ketika sedang diperhadapkan pada kesulitan, masalah, kesukaran atau kekurangan. Sejujurnya, memang bukan perkara mudah untuk mengucap syukur di tengah situasi yang tidak baik. Namun, kita dapat belajar menjadi pribadi yang bisa mengucap syukur dalam segala hal.

Kita juga memiliki target, tujuan, atau impian yang mau kita capai. Seringkali kita baru berbahagia ketika impian kita tercapai. Daripada digusarkan dan digelisahkan dengan apa yang belum ada pada kita, berbahagialah sejak sekarang dengan mengucap syukur atas apa yang sudah ada dalam hidup kita. Daripada mengeluh untuk hal-hal yang belum kita miliki, daftarkanlah hal-hal yang sudah kita miliki dan bersyukurlah, maka kita akan menjadi orang-orang yang bahagia sepanjang waktu. Jadi, jangan menunggu impian kita tercapai dan bersyukurlah dengan apa yang ada.

Bersyukur dulu baru bahagia, bukan bahagia dulu baru bersyukur karena mengucap syukur seharusnya tidak tergantung pada keadaan dan suasana hati. Belajarlah mengucap syukur atas hal-hal sederhana yang kita miliki saat ini, entah itu mengucap syukur untuk tubuh yang sehat, mengucap syukur untuk keseharian yang kita lewati, dan mengucap syukur untuk setiap berkat jasmani yang Tuhan sediakan setiap hari. Kita juga bersyukur bukan karena hidup tanpa masalah, tapi kita bersyukur karena Tuhan ada bersama kita untuk melewati setiap masalah. Teman-teman, ayo kita ingat berkat-berkat yang sudah Tuhan berikan dalam hidup kita sehingga kita selalu bisa mengucap syukur dalam segala keadaan. 

Tuhan memberkati!

Advertisement

SUDAH MELAYANI DENGAN BAIK ATAU HANYA SEKEDAR MELAYANI?

Penulis : Adelina

Shalom PMKers!

Kali ini kita akan bahas tentang pelayanan nihhh. Apakah kita sudah melayani dengan baik ataukah hanya sekedar pelayanan sajaa?? Yuk, kita belajar bareng tentang pelayanan dari nabi Yeremia.

Yeremia merupakan seorang nabi yang dipilih Tuhan sejak dalam kandungan.

Dalam Yeremia 1: 5-8 berkata, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam Rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”Tetapi Yeremia menjawab: “Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.” Tetapi Tuhan berfirman kepadaku: “Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman Tuhan.”

Dari firman tersebut kita dapat mempelajari bahwa Yeremia dipilih Tuhan untuk memberitakan firman Tuhan sejak ia dalam kandungan. Saat Yeremia mengatakan ia masih muda dan tidak pandai berbicara, Tuhan berfirman bahwa Yeremia harus pergi kemanapun ia diutus sebab Tuhan menyertainya. Hal ini pun perlu kita lakukan. Seringkali kita merasa sangat mengenal diri kita sehingga menolak panggilan dari Allah. Kita merasa tidak mampu dengan apa yang Allah minta atau justru kita merasa memiliki bakat lain. Padahal, seharusnya kita bersyukur jika Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk mengerti panggilan dari-Nya. Tidak semua orang memiliki anugerah itu. Ketika kita sudah mengerti panggilan Allah, seharusnya kita bersedia melakukannya. Kita percaya bahwa Allah akan menyertai kita seperti bagaimana Allah menyertai Yeremia. Kita percaya bahwa Allah yang menyertai Yeremia adalah Allah yang sama seperti Allah yang menyertai kita.

Yeremia dalam pelayanannya melayani dengan kasih.

Dalam Yeremia 8:21, “Karena luka puteri bangsaku hatiku luka; aku berkabung, kedahsyatan telah menyergap aku.

Yeremia diutus untuk melayani bangsa Israel. Yeremia adaalah orang yang taat akan perintah Allah dan semua yang diperintahkan Allah untuknya, Yeremia teruskan kepada bangsa Israel. Tetapi Yeremia tidak hanya memberitakan injil dan menyampaikan pesan Tuhan, ia sungguh-sungguh melayani bangsa Israel dengan penuh kasih. Ia bahkan berduka atas keburukan yang dialami oleh bangsa Israael.

Keteladanan Yeremia ini menjadi contoh bagi kita bahwa dalam pelayanan kita harus melayani dengan kasih. Saat dipilih Tuhan untuk menjadi pelayan maka kita tidak hanya menyampaikan pesan Tuhan tetapi harus sungguh-sungguh dalam pelayanan, dan melayani dengan kasih.

Yeremia juga merupakan pribadi yang pantang menyerah.

Tidak mudah bagi Yeremia untuk menjadi seorang nabi. Diutus sejak muda merupakan tantangan yang besar bagi Yeremia.  Berulang kali ia mengingatkan bangsa Israel tetapi ia ditolak. Yeremia tidak didengarkan bahkan mereka berencana untuk menghukum mati Yeremia. Tetapi berkat Kasih yang dimilikinya, Yeremia tidak menyerah. Segala tantangan dalam pelayanannya ia kerjakan dengan baik. Dan Yeremia hanya berpikir untuk melakukan yang terbaik dalam pelayanannya.

Keteladanan Yeremia yang satu ini sangat menginspirasi dalam masa kesulitan. Tentu dalam pelayanan banyak kesulitan yang kita hadapi kadang juga membuat kita ingin menyerah. Tetapi ingatlah bahwa kita tidak akan bisa menyenangkan semua orang.  Hal yang menjadi nomor satu dari pelayanan kita adalah sikap hati terbaik yang kita berikan kepada Allah. Hasil akhir seharusnya kita serahkan kepada kehendak Allah sesuai dengan yang dikatakan ayat Alkitab tentang berserah.

Jadi gimana nih PMKers, apakah kita sudah melayani dengan baik atau hanya sekedar melayani saja?

Indah Pada Waktunya, Apalagi Waktu-Nya!

Penulis: Rodnauli Tobing
Shalom PMKers!
 
Sebagai manusia yang hidup di zaman modern dan sangat tech-minded sekarang ini, kita hampir secara otomatis terbentuk menjadi makhluk yang cenderung result oriented alias melihat segala seuatunya itu lebih banyak pada hasil ketimbang proses. Betul, tidak? Coba ingat-ingat ya, kita lebih mudah mengapresiasi orang-orang dengan keberhasilannya tanpa mau bersusah-susah mengingat gimana perjalanan, upaya, jatuh-bangunnya orang tersebut dari mulai nol yang pastinya juga didera banyak kesulitan dan tantangan. Bahkan, kita nyaris melupakan itu semua dan memilih lebih terpana dengan keberhasilannya semata. Tidak mengherankan banyak yang tertipu dengan fenomena crazy rich yang menyilaukan mata. Terpesona dengan “keberhasilan” millenials yang masih sangat muda sudah bergelimang harta, lalu ikutan dengan model bisnisnya yang menjanjikan kekayaan sangat instan yang kemudian terbukti ternyata caranya ilegal sehingga berurusan dengan proses hukum.
 
Juga, kepada teman kita yang berhasil dalam perkuliahan dengan mendapatkan nilai sangat baik dan IPK membuat ‘ngiler. Kita pasti merasa amaze. Iya, ‘kan? Tentunya, untuk meraih itu semua dibutuhkan upaya yang tidak ringan dan menuntut banyak pengorbanan: waktu, tenaga, dan pikiran. Mengorbankan kesenangan yang berlebihan (main game, nonton youtube, tiktok, dll) dan menggantikannya dengan belajar sungguh-sungguh, pastinya. Berlinang air mata? Mungkin aja! Dan masih banyak “siksaan” lainnya.
 
Itu namanya proses. Kita harus siap berproses dan juga diproses. Hasil tidak akan mendustai proses, demikian kata orang bijak. Percayalah, tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Sebab, “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” (Mazmur 126:5-6).
 
Jadi, maju terus dengan upaya keras, jujur, dan strategi cerdas untuk meraih prestasi tertinggi dan posisi teratas. Selain itu, perlu juga kesabaran. Jangan memaksa kehendak, apalagi dengan mengorbankan orang lain dan yang tidak perlu. Semua indah pada waktunya (Pengkhotbah 3:11), apalagi waktu-Nya. Waktu Tuhan, bukan waktu kita. Ayo!

PERGUMULAN DAN KUASA TUHAN

Penulis : Adelina

Shalom PMKers!

Kita sebagai seorang manusia tentu saja tidak terlepas pergumulan hidup. Baik itu tentang keluarga, pendidikan, kesehatan, sahabat dan banyak pergumulan lainnya. Pergumulan hidup tidak akan ada habisnya selama kita hidup. Tetapi yang penting adalah apakah kita  bisa melewati pergumulan tersebut dengan mengandalkan Tuhan, atau kita hanya akan berlarut-larut didalamnya?

Pada Alkitab sendiri, ada kisah yang sangat menarik yaitu kisah dari Yefta. “Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead.”(Hakim-Hakim 11:1). Ketika saudara-saudara tirinya besar, mereka mengusir Yefta dari rumah mereka. Akibatnya ia pun pergi ke tanah Tob, negeri Aram. Disana ia berkumpul dengan petualang-petualang dan merampok bersama. Lalu tidak lama kemudian Israel berperang melawan bangsa Amon. Para tua-tua Gilead datang menjemput Yefta dari Tanah Tob untuk meminta bantuannya. Dan mereka akan menjadikan Yefta sebagai pemimpin mereka. Dan Yefta pun setuju. Lalu Yefta membawa seluruh perkaranya itu kehadapan Tuhan, di Mizpa. Lalu Roh Tuhan menghinggapi Yefta dan Tuhan menyerahkan bangsa Amon kedalam tangan Yefta, sehingga bangsa Amon telah dikalahkan. Lalu Yefta diangkat menjadi hakim atas Israel. (Hakim-hakim 11:1-33).

Dari kisah Yefta ini kita bisa mengambil suatu pelajaran bahwa dengan mengandalkan Tuhan tidak ada yang tidak mungkin. Yefta bisa saja menolak tua-tua Gilead untuk membantu mereka melawan bangsa Amon karena mereka membenci dan mengusir Yefta. Tetapi Yefta membawa semua perkaranya kehadapan Tuhan dan Tuhan membantunya dalam melawan bangsa Amon. Yefta menang melawan bangsa Amon bukan hanya karena kekuatannya sendiri tetapi juga karena kuasa Tuhan. Maka dari itu kita juga sebagai manusia hendaknya mangandalkan Tuhan dalam setiap pergumulan kita, maka Tuhan juga akan membantu kita melewati pergumulan tersebut. Tuhan memberkati!

Happy Mother day

Penulis : Adella Yuan

SHE IS MY SUPER WOMAN

Shalom PMKers!

Hari ini tepat tanggal 22 Desember kita memperingati Hari Ibu, pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang ibu yang merupakan wanita serba bisa dan kuat.

Nah, pengertian ibu menurut KBBI adalah

⇢ Tesaurus

  1. wanita yang telah melahirkan seseorang; mak: anak harus menyayangi —
  2. kata sapaan untuk wanita yang sudah bersuami
  3. sapaan takzim kepada perempuan baik yang sudah bersuami maupun yang belum
  4. bagian yang pokok(besar, asal, dan sebagainya): — jari
  5. yang utama di antara beberapa hal lain; yang terpenting: — negeri; — kota

Dalam kehidupan masa kini, peran ibu dari dulu hingga sekarang tetap sama, yaitu mendidik anak, membantu mengurus pekerjaan rumah, menjadi tempat perlindungan, tempat curhat, dan masih banyak lagi. Ibu yang sudah mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan kita, mengasihi kita dengan sangat tulus bahkan ada pepatah mengatakan bahwa “kasih ibu sepanjang masa”. Ibu adalah sosok yang sangat sabar, kuat, hebat dan rela berkorban. Sabar dalam mendidik anak-anaknya yang bandel, kuat dan hebat dalam mengurusi rumah tangga keluarga, rela berkorban dan sering mengalah demi suami dan anak-anak. Di jiwa setiap ibu tertanam sifat lembut dan penyayang. Dan di dalam Alkitab ada beberapa ibu yang bisa kita teladani

  1. Hana

Hana sangat menginginkan seorang anak, dia berjuang dengan ketidaksuburan. Tahun demi tahun berlalu tanpa anak untuk Hana. Suatu hari Hana berseru kepada Tuhan dalam kesedihannya mengingini seorang anak. Tuhan menjawab doa Hana dan memberkatinya dengan putra pertamanya yaitu Samuel. Kita dapat pelajari dari Hana bahwa Tuhan tidak melupakan doa kita kepada-Nya atas nama anak-anak kita. Doa benar-benar alat paling ampuh yang bisa digunakan seorang ibu.

  • Maria

Maria didatangi oleh malaikat Tuhan yang menampakkan diri kepada Maria untuk memberi tahu bahwa Maria akan melahirkan Mesias, secara manusiawi Maria mungkin terkejut dan takut. Meskipun ia takut, Maria tetap menerima panggilan Tuhan dalam hidupnya. Hal yang dapat kita pelajari dari Maria, yaitu dapat mengatasi rasa takut dengan iman kepada Tuhan kita yang setia. Tuhan akan memberikan semua yang kita butuhkan dan Dia tidak akan pernah meninggalkan kita.

  • Elisabeth

Saat itu di usia tua Elisabeth dan ia belum diberi keturunan oleh Allah. Namun, Elisabeth tetap sabar berdoa dan setia menanti jawaban Tuhan untuk memberikan nya serang anak, hasil dari penantian nya membuahkan hasil, ia mengandung dan melahirkan Yohanes Pembaptis yang sebagai pembuka jalan bagi Yesus.

Nah, itu beberapa contoh teladan seorang ibu dari Alkitab ya guys…

Jadi kita sebagai anak harus memahami bagaimana pengorbanan dan kasih sayang ibu kepada kita, kita harus tetap menghormati ibu kita walaupun mungkin ada hal yang dilakukan atau dikatakan ibu menyakiti hati kita.

Dalam Efesus 6 : 1-3 dikatakan bahwa “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”

So, tetep hormati dan sayangi orang tua kita yaa. Dan jangan lupa sampaikan terimakasih terkhusus ke ibu kita karena sudah mempertaruhkan hidup matinya saat melahirkan kita. Buat kalian yang mungkin malu untuk bilang sayang ke ibu kalian, mumpung hari ini adalah hari spesial jangan sampai gak bilang ke super woman kalian ya 🙂

Selamat Hari Ibu PMKers!

SETIA

Penulis : Yossi Ruth

Menurut KBBI, setia memiliki arti berpegang teguh (dalam pendirian, janji, dan sebagainya). Kata asli ‘kesetiaan’ dalam nats adalah ‘pistis’ yang dalam KJV diterjemahkan sebagai ‘iman’, tetapi Lembaga Alkitab Indonesia memilih menterjemahkannya dengan ‘kesetiaan’. Jadi kesetiaan sebagai buah Roh atau sesuatu yang dihasilkan oleh kerja Roh di dalam hidup orang percaya harus dilihat dalam kaitannya dengan iman atau kepercayaan kita kepada Tuhan.

Di dalam 2 Timotius 2:13, “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya”. Manusia dapat tidak setia ketika kesetiaannya dibangun oleh dirinya sendiri. Kesetiaan kita kepada Tuhan seolah-olah tergantung cuaca. Ketika hati lagi mendung kita tidak bersemangat lagi; di kala hati lagi cerah kita menggebu-gebu untuk Tuhan. Jika ada masalah, kesetiaan itu luntur.

Ketika seorang yang memiliki iman kepada Kristus hidup oleh Roh, maka dari dalam hidupnya akan keluar karakter setia kepada Tuhan dan firman-Nya. Bukan setia kepada manusia.

Di dalam Lukas 12:43, “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan itu, ketika tuannya itu datang.” Ibarat seseorang yang sedang menantikan tuannya pulang dari kondangan pesta perkawinan, maka ketika Sang Tuan datang dan pintu, kita dapat segera membukakan pintu bagi-Nya. Hanya dengan kesabaran, kesetiaan, dan kepasrahan total pada Tuhan, kita bertahan menunggu. Mari kita gunakan waktu-waktu yang singkat ini untuk bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Apa pun tugas dan panggilan kita biarlah kita mengerjakannya dengan setia. 

“Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, jika hal ini terjadi secara tiba-tiba.” (Pengkotbah 9:12).

SIAPA PAHLAWAN KITA?

Penulis : Adella Yuan

Shalom PMKers!

Hari ini tepat tanggal 10 November, kita memperingati HARI PAHLAWAN. Untuk itu, kali ini kita akan membahas mengenai Pahlawan nih, yuk pastikan simak sampai habis ya PMKers!

Nah, kalau mendengar kata “Pahlawan” yang dibenak kita pasti berbeda-beda, secara umum mungkin ada yang memikirkan pahlawan nasional, pahlawan reformasi, pahlawan tanpa tanda jasa, dan yang lainnya. Jadi pengertian pahlawan menurut KBBI, yaitu

pah.la.wan

⇢ Tesaurus

  • orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani; hero

Hari Pahlawan Nasional diperingati untuk mengenang jasa dan perjuangan para pahlawan yang telah gugur saat masa penjajahan. Biasanya untuk memperingati hari pahlawan pasti ada upacara di sekolah.  Hanya bangsa yang menghargai jasa para pahlawan yang dapat menjadi bangsa besar. Pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya merupakan rangkaian perjuangan panjang dan heroik, karena memerlukan pengorbanan luar biasa dari para pejuang kita. Baik jiwa, raga, waktu, ataupun harta beda dalam merebut dan mempertahankan Republik Indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai anak muda dan warga Indonesia harus menghargai setiap jasa dan pengorbanan dari pahlawan kita.

Dan ternyata di dalam Alkitab ada beberapa pahlawan iman yang bisa kita teladani

  • Yesus

Penghormatan yang sangat tinggi layak kita sematkan kepada Tuhan Yesus, karena perjuangan dan pengorbanan-Nya untuk menebus dosa manusia sangat luar biasa. Dia meninggalkan takhta-Nya dan mati di atas kayu salib karena kasih-Nya kepada kita dan Yesus Kristus adalah pahlawan iman sejati yang harus kita teladani.

  • Nuh

Kisah Nuh sangat bersejarah karena berkaitan dengan peristiwa air bah, pada saat itu Nuh hidup diantara suatu bangsa yang berbeda pemikiran sampai Nuh mendapatkan hinaan maupun cercaan. Namun, Nuh tetap konsisten dan taat kepada Tuhan serta tetap melaksanakan perintah Tuhan.

  • Abraham

Abraham merupakan Bapa orang percaya, salah satu kisah Abraham yang mempersembahkan Ishak merupakan bukti iman dan ketaatannya kepada Tuhan.

  • Daud

Ketaatan Daud kepada Tuhan tidaklah diragukan, pada saat Daud melawan Goliat, ia sudah menunjukkan bagaimana iman nya kepada Tuhan. Banyak persoalan yang terjadi dalam hidup Daud, dan dia tetap berpegang teguh kepada Tuhan.

  • Paulus

Paulus yang dulunya bernama Saulus memiliki perubahan hidup yang luar biasa, dulunya adalah seorang penganiaya atau pembunuh orang Kristen pada zaman nya. Dan pada akhirnya Saulus bertobat dan merubah namanya menjadi Paulus, dia menjadi pemberita injil dan berjuang penuh untuk dapat mengakhiri pertandingan dengan baik.

Di Alkitab ada tertulis: “Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.” (Mazmur 127:4)

Pahlawan adalah orang-orang yang dipakai Tuhan untuk kebaikan umat-Nya. Oleh karena itu, kita sebagai anak muda jangan takut untuk berjuang, berkarya, menjadi teladan bagi semua orang dan orang di sekitar kita.

Selamat Hari Pahlawan PMKers!

Hukum Tabur Tuai

Penulis : Putri

Apa yang Kamu tabur, itu yang Kamu Tuai
Shalom PMKers! Apa kabar ? Semoga dalam keadaan baik dan bahagia selalu yaa.
Kali ini, kita akan membahas terkait tabur- tuai.
Sebelumnya, kita cari tahu dulu apasih tabur ? tuai ?
Jadi, menurut KBBI, tabur/ta·bur/ 3 ki membagi-bagikan (uang, sedekah, dan sebagainya)
tuai/tu·ai/ n pisau pemotong (pengetam) bulir padi; ani-ani;:
menuai/me·nu·ai/ 3 ki menanggung akibat perbuatan sendiri;
Lalu, gimana sih maksud dari Apa yang kamu tabur, itu yang Kamu tuai ?
Ada peribahasa yang berbunyi “Apa yang ditabur itulah yang tuai”. Kita mungkin pernah
mendengar bahwa ada cerita tentang orang yang dulunya sangat kaya dan memiliki harta
berlimpah, akan tetapi seiring waktu berjalan orang tersebut tiba-tiba bangkrut secara mendadak,
hartanya habis dan memiliki banyak hutang. Dengan cerita ini, ada banyak persepsi akan muncul
di dalam pikiran kita, berarti orang tersebut tidak benar dalam mendapatkan kekayaannya. Orang
tersebut bisa kaya mendadak karena korupsi, membodohi orang lain atau memperoleh harta
dengan cara yang tidak dikehendaki Tuhan.
Selain itu, ada juga cerita tentang dua orang petani yang menabur benih jenis yang sama di
wilayah dan kondisi yang sama. Namun, ketika menuai hasil sawahnya, petani A menuai dengan
kualitas yang baik dan berlimpah. Sedangkan, petani B menuai dengan kualitas yang buruk dan
sedikit. Petani B merasa iri mengapa petani A bisa menghasilkan panen yang lebih baik
dibandingkan petani B. Padahal dibalik itu semua, Petani A dalam proses menabur benih
merawat sawahnya dengan baik dengan cara membuat alat pembasmi hama, memupuk sawah
supaya gabah lebih berkualitas, dan memantau perkembangan benih padinya dengan baik.
Sedangkan petani B, hanya merawat seadanya dan tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh
petani A. Tetapi petani B seolah tidak terima dengan hasil yang dimiliki orang lain tanpa
membandingkan dengan apa yang dilakukanya selama masa menabur benih padi miliknya.
Ada banyak manusia saat ini tidak menyadari apa yang dilakukannya hari ini akan dituainya di
kemudian hari. Terkadang ketika dihadapkan dalam masalah, kita secara tidak sadar mengeluh
merasa dunia tidak adil bahkan menyalahkan Allah, tanpa kita sadari mungkin masalah yang kita
peroleh adalah tuaian apa yang kita tabur di masa lalu. Dalam Alkitab disampaikan bahwa “Apa
yang kamu tabur, itulah yang akan kamu tuai.” (Gal. 6:7). Selain itu, dalam 2 Korintus 9 : 6
dituliskan “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang
yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.”.
“Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis
binasa. Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin
(Amsal 22:8-9). Ayat Alkitab ini menyadarkan kita supaya kita menabur hal yang baik, jika kita
ingin menuai yang baik pula. Namun, memang terkadang Berbuat hal baik saat ini sering
dicurigai oleh orang-orang tertentu sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dan
kenyataannya memang sangat banyak orang yang melakukan kebaikan hanya untuk
mendapatkan balasan budi baik. Tapi itu bukan menjadi penghalang untuk kita tetap berbuat
baik. Kita harus meneladani Allah, karena jika kita kaitkan dengan dosa kita, upah kita adalah
maut. Jika kita menanam dosa, maut lah yang akan kita tuai. Tetapi karena karunia Allah ialah
hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”Dia mengambil tuaian kita dan
menggantikannya dengan berkatNya dengan tidak mengharapkan imbalan yang mungkin tidak
bisa kita balas dengan apapun.
Jadi mari berusaha menuai hal yang baik dari sekarang; hal itu akan menentukan apa yang akan
kita tuai di masa nanti.
Referensi:
Nababan, Suara B.M.2012. “Apa yang Ditabur, Itu Juga yang akan Dituai”,
https://nababan.wordpress.com/2012/09/30/apa-yang-ditabur-itu-juga-yang-akan-dituai/2
9 September 2021

DON’T WORRY BE HAPPY

Penulis : Yossi Ruth

Ada sebuah kisah tentang seorang wanita yang berdiri di sebuah sudut jalan,sedang menangis dengan sangat sedihnya.Ketika seorang pria menghampirinya dan menanyakan mengapa dia menangis, wanita itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, “saya sedang berpikir bahwa mungkin suatu hari nanti saya akan menikah.Kemudian kami akan memiliki seorang bayi perempuan yang cantik. Dan suatu hari nanti anak ini dan saya akan berjalan di sepanjang jalan ini, dan anak perempuan saya tercinta berlari ke jalanan, dan tertabrak oleh sebuah mobil, dan mati.”

Kita berlaku seperti ini saat kita khawatir. Kita membayangkan suatu situasi yang mungkin tidak akan pernah terjadi. Kekhawatiran adalah penyalahgunaan imajinasi kreatif yang diberikan Tuhan kepada kita masing-masing.Tuhan berkata dalam firmannya,”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”(2 Timotius 1:7)

Kata khawatir diperoleh dari istilah Anglo-Saxon yang berarti “mencekik” atau “mengakhiri”. Kekhawatiran dan ketakutan akan mengakhiri kreativitas yang telah diberikan oleh Tuhan pada kita. Kekhawatiran adalah sebuah rute yang menuntun dari suatu tempat dan tidak menuju kemanapun.

Kekhawatiran dan ketakutan akan masa depan adalah hal yang sia-sia untuk masa kini. Fokuslah untuk apa yang sedang kamu kerjakan saat ini. Lakukan aktivitas yang kamu senangi dan ungkapkan saja apa yang kamu rasakan pada orang yang kamu percaya saat kamu merasa sudah membutuhkan bantuan.

Bertindaklah untuk melawan ketakutan, bukan bertindak untuk memperkuat ketakutan. Khawatir itu normal jika tidak berlebihan, maka serahkan semua yang menjadi kekuatiran dalam hidupmu kepada Allah yang memelihara kamu, “serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”(1 Petrus 5:7).

Sampai ketemu di menulis asyik berikutnya!

Referensi:

Mason, John. 2008. Anda Pasti Bisa. Jakarta: Light Publishing.

BENARKAH KITA SUDAH SEPENUHNYA MERDEKA?

Status sudah merdeka, ternyata kita masih berpotensi dijajah.

Saat mendengar kata “Merdeka” yang terbayang dalam benak kita mungkin berbeda-beda. Ada yang membayangkan teks proklamasi, upacara kemerdekaan online, ornamen merah-putih, lomba makan kerupuk antar RT, dan lainnya. Atau mungkin tepat pada tanggal 17 Agustus ini PMKers bahkan sedang berburu diskon belanja online hari kemerdekaan yang tersebar di banyak marketplace. Semua  ini memang sudah menjadi hal yang lumrah di temukan dalam kemeriahan perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang selalu kita rayakan setiap tahunnya. Hari ini juga sudah sepatutnya seluruh Warga Negara Indonesia bergembira karena tepat 76 tahun yang lalu Bangsa Indonesia telah terbebas dari penjajahan yang berabad-abad. Perjuangan menuju kemerdekaan akhirnya tercapai. Walaupun masih dalam kondisi pandemi, semangat perjuangan kita tidak boleh surut.

Merdeka berarti bebas. Tidak ada lagi penjajah yang berhak membelenggu, mengikat, ataupun memperbudak bangsa ini. Bangsa ini berhak mengatur dan menentukan sendiri arah dan haluan masa depannya, menjadi mandiri dan tidak diikat oleh Negara manapun. Seluruh komponen yang ada di dalamnya merdeka, tidak ada yang terkecuali satupun. Ini adalah kemerdekaan sebagai bangsa. Tetapi kemerdekaan kita sebagai manusia adalah kemerdekaan yang kita peroleh dalam Kristus yang telah membebaskan kita.

Yohanes 8 : 30-38 (TB)

30 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya. 31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku 32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” 33 Jawab mereka: “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” 34 Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. 35 Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. 36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.”

Dalam Yohanes 8 : 30-38 Yesus menyampaikan pokok tentang “Kebenaran yang memerdekakan”. Pada saat itu orang-orang Yahudi yang ada di situ tidak dapat menerima perkataanNya tentang kebenaran yang memerdekakan tersebut. Karena mereka adalah bangsa pilihan dan keturunan Abraham, maka secara teori sebenarnya mereka memang adalah bangsa yang sudah merdeka. Apa lagi kebenaran yang mereka perlukan untuk menjadi merdeka? Namun Yesus menekankan bahwa status sebagai umat Allah dan keturunan Abraham belumlah cukup. Karena walaupun memiliki status sebagai keturunan Abraham tetapi masih hidup dalam belenggu dosa, mereka tetaplah hamba dosa. Keturunan Abraham layaknya meneladani Abraham yang iman dan percayanya penuh kepada Allah.

Kita menyebut diri  kita sebagai murid Yesus, namun apakah kita sepenuhnya menghidupi kebenaran firmanNya, ataukah hidup kita masih saja terikat oleh bermacam-macam perbuatan daging? Kristus telah memerdekakan kita dari dosa. Kemerdekaan yang Yesus berikan bukanlah kebebasan yang tidak memiliki batas sehingga kita dengan sesuka hati melakukan apa yang kita mau hingga terlena dengan perbuatan daging. Kebebasan yang Allah berikan tanpa syarat itu akan sia-sia jika kita tetaplah menjadi budak dosa dan dunia. Karena itu sebagai murid Yesus yang menyebut diri sebagai Kristen sudah sepantasnya memiliki karakter Kristus. Kebenaran dalam Kristus akan menyadarkan kita dari dosa dan kuasa Yesus membebaskan kita dari penjajahan dosa. Jadi sekarang manakah yang akan kita pilih? Kekristenan sebagai sebuah status atau gaya hidup? Dimerdekakan dari dosa atau dimerdekakan untuk berbuat dosa?

Menjadi Kristen tidak cukup hanya status. Kita harusnya percaya dengan segenap hati, segenap jiwa, dan perbuatan kepada Yesus sebagai kebenaran yang memerdekakan kita. Terimalah Yesus sebagai Juruselamat dan kebenaran itu akan memerdekakan kita. Agar bukan hanya status kita sebagai bangsa Indonesia dan sebagai manusia saja yang merdeka tapi kita juga merdeka dari dosa.

Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-76 Tahun PMKers!