Menurut KBBI, setia memiliki arti berpegang teguh (dalam pendirian, janji, dan sebagainya). Kata asli ‘kesetiaan’ dalam nats adalah ‘pistis’ yang dalam KJV diterjemahkan sebagai ‘iman’, tetapi Lembaga Alkitab Indonesia memilih menterjemahkannya dengan ‘kesetiaan’. Jadi kesetiaan sebagai buah Roh atau sesuatu yang dihasilkan oleh kerja Roh di dalam hidup orang percaya harus dilihat dalam kaitannya dengan iman atau kepercayaan kita kepada Tuhan.
Di dalam 2 Timotius 2:13, “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya”. Manusia dapat tidak setia ketika kesetiaannya dibangun oleh dirinya sendiri. Kesetiaan kita kepada Tuhan seolah-olah tergantung cuaca. Ketika hati lagi mendung kita tidak bersemangat lagi; di kala hati lagi cerah kita menggebu-gebu untuk Tuhan. Jika ada masalah, kesetiaan itu luntur.
Ketika seorang yang memiliki iman kepada Kristus hidup oleh Roh, maka dari dalam hidupnya akan keluar karakter setia kepada Tuhan dan firman-Nya. Bukan setia kepada manusia.
Di dalam Lukas 12:43, “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan itu, ketika tuannya itu datang.” Ibarat seseorang yang sedang menantikan tuannya pulang dari kondangan pesta perkawinan, maka ketika Sang Tuan datang dan pintu, kita dapat segera membukakan pintu bagi-Nya.Hanya dengan kesabaran, kesetiaan, dan kepasrahan total pada Tuhan, kita bertahan menunggu. Mari kita gunakan waktu-waktu yang singkat ini untuk bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Apa pun tugas dan panggilan kita biarlah kita mengerjakannya dengan setia.
“Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, jika hal ini terjadi secara tiba-tiba.” (Pengkotbah 9:12).
Tanggung Jawab dalam KBBI memiliki makna sebagai berikut :
Keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya)
Hukum fungsi menerima pembebanan, sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain.
Dalam Markus 8 : 31-33 ditekankan bahwa Yesus adalah Raja tetapi Raja yang disalibkan dan jika kita mau mengikut Dia maka kita harus siap pula untuk disalibkan (menderita). Kita harus mempercayai bahwa Allah adalah yang baik dan setiap perintah yang berasal dari Allah adalah baik.
Mengapa Yesus harus mati secara mutlak?
Karena KasihNya (Yohanes 3:16). Dia mau menangung sesuatu yang bukan kesalahanNya dan menjadikan itu sebagai suatu keharusan bagiNya
Untuk pengampunan manusia yang berdosa, karena pengampunan yang sejati membutuhkan penderitaan
Supaya setiap orang yang percaya tidak binasa tetapi memperoleh hidup yang kekal
Apa yang telah Yesus kerjakan melebihi standar moral manusia. Dia yang kudus dan Dia yang terhormat rela menanggung dosa manusia. Dalam Markus 8 : 34 dikatakan bahwa menjadi murid kristus harus berani menyangkal dirinya, harus mengikul salib dan mengikut Aku (Yesus).
Penyangkalan diri artinya tidak mengakui klaim apapun yang mungkin didorong oleh diri sendiri, serta kesediaan untuk mengatatakan “Tidak” pada diri sendiri dan mengatakan “Ya” pada Tuhan.
Ada beberapa tanggung jawab orang kristen yaitu:
Mandat Injil/Pemuridan. Menguatkan orang lain dengan firman Tuhan
Mandat Budaya, setiap kita harus melepaskan sesuatu yang kita tanggung maka kita akan jatuh ke dalam dosa
Pekerjaan Baik
Menanggung Kelemahan Sesama, ini adalah hal yang masih sulit dilakukan
Thomas Manton mengingatkan kita melalui khotbahnya dari Mazmur 119 bahwa ada 2 cara menjalankan tanggung jawab kita sebagai orang kristen yaitu :
Cara Hukum taurat
Cara Injil, sesorang dengan kasih berusaha untuk taat sepenuhnya kepada Tuhan dan dengan menyadari kelemahan diri
Pada dasarnya kita diciptakan Tuhan telah diberikan Tanggung jawab. Kita didalam kristus diciptakan dan ditebus untuk melakukan pekerjaan baik dan supaya kita hidup di dalamnya. Berdoalah bukan untuk beban yang berkurang tetapi berdoalah untuk bahu yang kuat. Ia yang memanggil kita adalah pribadi yang setia yang tidak akan pernah meninggalkan kita
Apa yang Kamu tabur, itu yang Kamu Tuai Shalom PMKers! Apa kabar ? Semoga dalam keadaan baik dan bahagia selalu yaa. Kali ini, kita akan membahas terkait tabur- tuai. Sebelumnya, kita cari tahu dulu apasih tabur ? tuai ? Jadi, menurut KBBI, tabur/ta·bur/ 3 ki membagi-bagikan (uang, sedekah, dan sebagainya) tuai/tu·ai/ n pisau pemotong (pengetam) bulir padi; ani-ani;: menuai/me·nu·ai/ 3 ki menanggung akibat perbuatan sendiri; Lalu, gimana sih maksud dari Apa yang kamu tabur, itu yang Kamu tuai ? Ada peribahasa yang berbunyi “Apa yang ditabur itulah yang tuai”. Kita mungkin pernah mendengar bahwa ada cerita tentang orang yang dulunya sangat kaya dan memiliki harta berlimpah, akan tetapi seiring waktu berjalan orang tersebut tiba-tiba bangkrut secara mendadak, hartanya habis dan memiliki banyak hutang. Dengan cerita ini, ada banyak persepsi akan muncul di dalam pikiran kita, berarti orang tersebut tidak benar dalam mendapatkan kekayaannya. Orang tersebut bisa kaya mendadak karena korupsi, membodohi orang lain atau memperoleh harta dengan cara yang tidak dikehendaki Tuhan. Selain itu, ada juga cerita tentang dua orang petani yang menabur benih jenis yang sama di wilayah dan kondisi yang sama. Namun, ketika menuai hasil sawahnya, petani A menuai dengan kualitas yang baik dan berlimpah. Sedangkan, petani B menuai dengan kualitas yang buruk dan sedikit. Petani B merasa iri mengapa petani A bisa menghasilkan panen yang lebih baik dibandingkan petani B. Padahal dibalik itu semua, Petani A dalam proses menabur benih merawat sawahnya dengan baik dengan cara membuat alat pembasmi hama, memupuk sawah supaya gabah lebih berkualitas, dan memantau perkembangan benih padinya dengan baik. Sedangkan petani B, hanya merawat seadanya dan tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh petani A. Tetapi petani B seolah tidak terima dengan hasil yang dimiliki orang lain tanpa membandingkan dengan apa yang dilakukanya selama masa menabur benih padi miliknya. Ada banyak manusia saat ini tidak menyadari apa yang dilakukannya hari ini akan dituainya di kemudian hari. Terkadang ketika dihadapkan dalam masalah, kita secara tidak sadar mengeluh merasa dunia tidak adil bahkan menyalahkan Allah, tanpa kita sadari mungkin masalah yang kita peroleh adalah tuaian apa yang kita tabur di masa lalu. Dalam Alkitab disampaikan bahwa “Apa yang kamu tabur, itulah yang akan kamu tuai.” (Gal. 6:7). Selain itu, dalam 2 Korintus 9 : 6 dituliskan “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.”. “Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa. Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin (Amsal 22:8-9). Ayat Alkitab ini menyadarkan kita supaya kita menabur hal yang baik, jika kita ingin menuai yang baik pula. Namun, memang terkadang Berbuat hal baik saat ini sering dicurigai oleh orang-orang tertentu sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dan kenyataannya memang sangat banyak orang yang melakukan kebaikan hanya untuk mendapatkan balasan budi baik. Tapi itu bukan menjadi penghalang untuk kita tetap berbuat baik. Kita harus meneladani Allah, karena jika kita kaitkan dengan dosa kita, upah kita adalah maut. Jika kita menanam dosa, maut lah yang akan kita tuai. Tetapi karena karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”Dia mengambil tuaian kita dan menggantikannya dengan berkatNya dengan tidak mengharapkan imbalan yang mungkin tidak bisa kita balas dengan apapun. Jadi mari berusaha menuai hal yang baik dari sekarang; hal itu akan menentukan apa yang akan kita tuai di masa nanti. Referensi: Nababan, Suara B.M.2012. “Apa yang Ditabur, Itu Juga yang akan Dituai”, https://nababan.wordpress.com/2012/09/30/apa-yang-ditabur-itu-juga-yang-akan-dituai/2 9 September 2021